Sabtu, 23 Maret 2013

Sakuramochi

Bahan-bahan (Untuk 4 Porsi)
8 daun sakura yang diawetkan dengan garam
½ gelas (50 gram) tepung terigu
1 sdt gula
Sejumput garam
1 sdm tepung kentang (atau tepung jagung)
½ gelas (100 ml) air
Sedikit pewarna makanan warna merah
160 gram pasta kacang merah (Lihat resep Zenzai tanggal 7 Januari 2011)
                                                           
Minyak sayur untuk memasak adonan

Cara Memasak

  1. Rendam daun sakura di dalam air selama sekitar satu jam untuk menghilangkan garamnya. 
  2. Campur tepung terigu, gula, garam dan tepung kentang di dalam mangkuk. Tambahkan air lalu aduk menjadi adonan halus. Masukkan beberapa tetes pewarna merah sehingga adonannya berwarna merah muda pucat. 
  3. Panaskan penggorengan. Lapisi penggorengan dengan minyak sayur. Buat dadar dengan takaran satu sendok sup adonan untuk satu dadar. Gunakan bagian punggung sendok untuk melebarkan adonan menjadi dadar yang tipis dan lonjong. Panaskan di atas api kecil atau sedang. Balikkan setelah sekitar satu menit setelah satu sisinya matang. Angkat dan biarkan dingin. 
  4. Angkat daun sakuranya dari rendaman air, keringkan menggunakan lap atau tisu dapur. Bagi pasta kacang merah menjadi 8 porsi berbentuk lonjong. 
  5. Tempatkan seporsi pasta kacang pada setiap dadar, lalu gulung. Kemudian bungkus gulungan tadi dengan daun sakura. Biarkan sakuramochi beberapa lama hingga menyerap bau harum dari daunnya.



Daun Sakura yang Diawetkan

Sakuramochi muncul pada abad ke-18 pada sekitar masa Keshogunan Tokugawa ke-8. Tokugawa Yoshimune (yang berkuasa tahun 1716-1745) memerintahkan penanaman pohon sakura dan pohon persik untuk menciptakan lingkungan yang nyaman untuk dinikmati rakyat jelata. Penjaga gerbang di sebuah kuil Buddha di Edo (yang kini dikenal sebagai Tokyo) tidak senang membersihkan daun-daun sakura yang berjatuhan. Ia lalu mendapat gagasan memetik daun-daun itu selagi masih hijau dan mengawetkannya dengan garam. Daun-daun sakura itu digunakan untuk membungkus mochi yang dijual di kedai-kedai teh. Kuenya kemudian menjadi sangat populer. Kue ini masih populer di Jepang sampai sekarang.















Tidak ada komentar:

Posting Komentar